Rabu, 21 Desember 2011

PIODALAN SEBAGAI MAKNA KELAHIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUJUAN HIDUP MANUSIA


PIODALAN SEBAGAI MAKNA KELAHIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUJUAN HIDUP MANUSIA
Om Swastyastu,
Om Awigenham Astu Nama Sidham,
Om Sidhirastu tad astu ya nama swaha…
               
Puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) karena atas anugerah dan bimbingan beliaulah kita dapat bertemu kembali dalam acara Bimbingan Rohani Hindu.
Pemirsa Nuansa Tv yang berbahagia  dimanapun anda berada,  dalam acara bimbingan rohani  Hindu yang pada kesempatan kali ini akan mengambil tema piodalan sebagai makna kelahian dan hubungannya dengan tujuan hidup manusia.

            Pemirsa nuansa tv yang berbahagia dimanapun berada,….saat ini telah hadir bersama kita narasumber yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.Perkenalkan nama beliau adalah bapak I WAYAN BUDIAGUS PUTRAYASA S.Sos.H
Beliau adalah seorang penyuluh agama Hindu yang bertugas di Kantor Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah.

Baiklah sebelum kita berbincang-bincang dengan narasumber kita terlebih dahulu ijinkanlah saya untuk menggambarkan secara garis besar bahwa piodalan adalah suatu upaya oleh Umat hindu untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan / Hyang Widhi Wasa atas segala anugerah yang telah diberikan kepada kita.Dan oleh sebab itu Umat hindu melaksanakan perayaan piodalan dipura yang di ikuti dengan beberapa rangkaian sacral lainnya.
Nah Untuk lebih jelasnya kita akan tanyakan langsung kepada narasumber kita mengenai perayaan piodalan tersebut.


AGAMA HINDU, ADAT, DAN UPACARA YADNYA


  
                       AGAMA HINDU, ADAT, DAN  UPACARA YADNYA
 Agama Hindu yang didasarkan atas Kitab Suci Veda, yaitu asas kebenaran mutlak yang harus diyakini secara utuh oleh umat Hindu.Karena pada dasarnya Kitab Suci Veda merupakan kitab yang memuat ajaran yang luhur dan mulia karena sumber segala  ilmu pengetahuan adalah bersumber dari kitab suci Veda, yang secara mutlak harus diyakini kebenarannya.Agama Hindu hendaknya menggunakan kitab Suci Veda sebagai pedoman dalam  melaksanakan segala bentuk gerak dan tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Begitu banyak ajaran yang terdapat dalam Kitab Suci Veda yang mengatur bagaimana umat manusia dalam bertingkah laku, bertutur kata, dan berpikir tentang kebaikan.Sehingga dengan berpegang teguh pada ajaran kesucian yang ada dalam Veda akan mengantarkan umat manusia mencapai kesempurnaan tertinggi yaitu Moksa.

Kamis, 22 September 2011

PENGERTIAN DAN FUNGSI PURA


“Para dewa tidak hanya berkenaan untuk turun dan tinggal di Tìrtha (Patìrthan), di tepi sungai, dan danau, tetapi juga di tepi pantai, pertemuan dua atau lebih sungai-sungai, dan kuala (muara sungai), di puncak-puncak gunung atau bukit-bukit, di lereng-lereng pegunungan, di hutan, di semak belukar dan kebun atau taman-taman, dekat tempat-tempat yang dirakhmati atau pertapaan, di desa-desa, kota-kota dan di tempat-tempat lain yang membahagiakan”
Tantra Samuccaya I.1.28


CATUR MARGA


Catur Marga adalah empat jalan/cara, Catur Yoga adalah empat cara mempersatukan diri dengan Tuhan.
Ajaran Tri Marga, Catur Marga dan Catur Yoga sangat berdekatan, hanya berbeda istilanya saja. Marga berarti jalan sedangkan Yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal dari kata “Yuj” yang artinya berhubungan.
Ajaran Tri Marga, Catur Marga dan Catur Yoga adalah sama, hanya sebutannya yang berbeda.

1. Jnana Marga Yoga
Jnana artinya kebijaksanaan filsafat atau ilmu pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran.
Menurut Upanisad pengetahuan seorang bijaksana (Jnanin) dapat dibagi atas dua bagian yaitu Apara Widya dan Pari Widya. Apara Widya adalah pengetahuan dalam tingkat kemewahan suci (ajaran-ajaran suci Weda) sedangkan Pari Widya adalah pengetahuan tingkat tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman. Jadi Apara Widya adalah dasar untuk mencapai Pari Widya. Seorang Jnanin memiliki pengetahuan untuk mencapai kebenaran yang sempurna, dengan Wiweka (logika) yang dalam mereka benar-benar bisa membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa melepaskan yang tidak kekal dan mencapai kekekalan yang sempurna.
“Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan sinarnya kilat dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat (sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan kesengsaraan hidup guna mencapai sorga” (Sarasamuscaya II-14)
“Ia yang pikirannya tidak digoyahkan dalam keadaan dukacita dan bebas dari keinginan-keinginan ditengah-tengah kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan kemarahan, ia disebut seorang yang bijaksana” (Bhagawad Gita II-56)

2. Karma Marga Yoga
Karma adalah perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kesatuan atman dan Brahman melalui kerja atau perbuatan tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan pengorbanan.
Dalam Karma Marga Yoga, perbuatan dan kerja merupakan suatu pengembalian dengan melepaskan segala hasil atau buah dari segala perbuatan dan segala yang dikerjakannya. Dengan melakukan amal kebajikan tanpa pamrih, akan dapat mengembalikan emosi dan melepaskan atma dari ikatan duniawi.
Seorang Karmin dapat melepaskan diri dari ikatan karma wasana dan karma phala nya, terbebas dari unsur-unsur maya, sehingga mencapai kesempurnaan dan kebebasan tertinggi (moksa)
“Bukan dengan jalan tiada bekerja, orang dapat mencapai kebebasan dari perbuatan. Juga tidak hanya melepaskan diri dari pekerjaan, orang akan mencapai kesempurnaannya." (Bhagawad Gita III-4)
“Serahkanlah segala pekerjaan kepadaku, dengan memusatkan pikiran kepada atma, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan, dan berjuanglah kamu, bebas dari pikiranmu yang susah” (Bhagawad Gita III-30)
“Bekerjalah kamu selalu, yang harus dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang tertinggi dengan melakukan pekerjaan yang tak terikat olehnya” (Bhagawad Gita III-19)
Jadi seorang Karmin dalam kehidupannya selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan, sehingga hidupnya tidak akan mungkin sia-sia di dunia ini, sebab phala pengorbanan dan pengabdiannya mendapatkan kesempurnaan lahir bathin dan moksa.

3. Bakti Marga Yoga
Bakti adalah cinta, dalam hal ini Bhakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan. Jadi Bakti Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kebebasan dan kesatuan atman dan Brahman berdasarkan atas cinta dan sujud bakti terhadap Tuhan.
Orang suci melakukan sujud bakti atas dasar kecintaannya yang suci murni, tulus ikhlas terhadap Tuhan akan mendapatkan penerangan suci karena Tuhan merahmatkan tuntunan kepadanya sehingga bakti tersebut melekat dan membathin berdasarkan ajaran Tuhan, bebas dari segala noda dan dosa.
Seorang Bhakta tidak mungkin akan melakukan perbuatan jahat atau buruk dan segala hasil usahanya semua diperuntukkan kepada Tuhan.
“Orang saleh yang menyembah aku adalah empat macam yaitu, orang yang mencari kekayaan, orang yang bijaksana, orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, Oh Arjuna” (Bhagawad Gita VII-16)
“Diantara ini, orang yang bijaksana yang selalu terus menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat hanya kesatu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab aku kasih sekali kepadanya dan dia kasih kepadaku” (Bhagawad Gita VII-17)
“Dengan bentuk apapun juga mereka bakti kepadaku (Bhakta), yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah aku (dengan Sraddha), kepercayaan itu aku tegakkan” (Bhagawad Gita VII-21)
Diantara jalan dan cara yang ditempuh oleh umat manusia untuk mencapai kebebasan yang sempurna dan persatuan atman dan brahman, maka jalan Bakti Marga Yoga adalah jalan yang paling mudah dan banyak dilakukan/ditempuh oleh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Yang terpenting bagi seorang Bhakta adalah penyerahan diri sepenuhnya dan sujud bhakti pada Tuhan.

4. Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kebebasan yang sempurna berdasarkan pelaksanaan Tapa Brata Yoga Semadhi.
Tapa dan Brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi (nafsu) sedangkan Yoga dan Semadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan brahman (Tuhan) dengan melakukan konsentrasi yang setepat-tepatnya dalam ketenangan suasana semadhi yang sempurna.
Seorang Raja Yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan Tuhan misalnya dengan melakukan Astangga Yoga yaitu delapan jalan untuk melakukan Yoga untuk mencapai Moksa, yaitu :

a. Yama (Larangan)
yaitu disiplin penahanan diri terhadap keinginan atas nafsu.

b. Nyama (Suruhan)
yaitu beradat yang baik dengan memupuk kebiasaan-kebiasaan yang baik.

c. Asana
yaitu mengatur sikap duduk yang baik

d. Pranayama
yaitu mengatur pernafasan yang sempurna dan teratur. Puraka (menarik nafas), Kumbaka (menahan nafas), Recaka (menghembuskan nafas).

e. Pratyahara
yaitu mengontrol dan mengembalikan semua indrya, sehingga dapat melihat sinar-sinar suci.

f. Dharana
yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan.

g. Dhyana
yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan yang tarafnya lebih tinggi daripada Dharana.

h. Semadhi
yaitu persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan).

Lima yang pertama merupakan bantuan luar daripada Yoga. Dengan melakukan Astangga Yoga, seorang Raja Yoga (Yogin) akan dapat menerima wahyu (Sruti) melalui pengamatan intuisinya yang telah mekar dan dapat pula mengalami Jiwan Mukti, dan selanjutnya setelah meninggal atmanya akan bersatu dengan Tuhan.
“Seorang Yogin harus tetap memusatkan pikirannya kepada atma yang maha besar (Tuhan), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya” (Bhagawad Gita VI-10)
“Karena kebahagiaan tertinggi datang pada Yogin, yang pikirannya tenang, yang nafsunya tidak bergolak, yang keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan (Moksa)” (Bhagawad Gita VI-27)

Demikianlah cara atau jalan yang dapat dituruti, dilaksanakan oleh manusia sebagai tuntunan baginya untuk mencapai tujuan hidupnya yakni menikmati kesempurnaan hidup yang disebut Moksa.

Keempat jalan dan cara diatas semuanya adalah sama, tiap-tiap jalan meletakkan dasar dan cara-cara tersendiri. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semuanya baik dan utama, tergantung kepribadian, watak, kesanggupan dan bakat manusia masing-masing. Semuanya akan mencapai tujuannya asal dilakukan dengan pernuh kepercayaan, ketekunan dengan tulus ikhlas, kesujudan, keteguhan iman dan tanpa pamrih.
“Dengan jalan bagaimanapun ditempuh oleh manusia ke arahku, semuanya aku terima dan memenuhi keinginan mereka, melalui banyak jalan manusia menuju jalanku, Oh Prtha” (Bhagawad Gita V-2)

ditulis Oleh Kelihan Banjar

Jumat, 04 Maret 2011

STAH DS: Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

STAH DS: Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

STAH DS: Arti Sebuah Kebahagyaan

STAH DS: Arti Sebuah Kebahagyaan

Arti Sebuah Kebahagyaan

Kebahagyaan merupakan  keinginan yang mutlak setiap insan manusia di dunia, maka ciptakanlah kebahagyaan itu kapan dan dimana saja tanpa harus mengorbankan perasaan pasangan dan kita sendiri,,, kebahagyaan yang kita rasakanmerupakan  kerjasama yang saling memberikan kepada orang yang qt cintai, ciptakanlah kebahagyaan mulai dari detik ini juga agar kebahagyaan melekat dihati kita selamanya, jika kebahagyaan itu bisa kita ciptakan hari ini, secara tidak langsung kebahagyaan hari esok sudah pasti ada, untuk apa kita menunda kebahagyaan hari ini demi hari esok yang belum tentu kita akan nikmati,, Tuhan maha esa, tuhan maha segalanya, Beliau tidak pernah menjanjikan kebahagyaan hari esok kepada umatnya umatnya, Tuhan maha kuasa,, kapan saja Beliau Hendak memanggil kita, hari itu juga kita harus siap, bagi insan yang menunda suatu kebahagyaan itu adalah hal yang keliru dari pemikirannya, sebab kebahagyaan itu adalah kondisi pikiran yang stabil dan kondisi cinta kasih pada tempatnya,,,,,

Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan

Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) di arak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Kamis, 24 Februari 2011

PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR


PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR
  
Apakah Belajar Itu ?
Macam-macam aktivitas yang disebut belajar.
Kalau ditanyakan apakah belajar itu? , maka jawabanya yang kita dapat akan bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang disebut perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam. Banyak aktivitas-aktivitas yang hampir setiap orang dapat di setujui kalau di sebut perbuatan belajar.
Mau Baca selengkapnya Baca disini, atau download file Microsof Word nya Klik Disini

Kesetaraan Gender Menurut Hindu


Om Swastyastu
Om Awignamastu Namah Sidham
Om Sidhirastu tat astu-astu swaha
Om Narayana, Om Saraswati Jaya

Pujisyukur kami panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugrahanyalah, kita dapat berkumpul ditempat ini untuk melaksanakan tugas dan kewajiban kita sebagai umat beragama.
 Mau Baca selengkapnya Baca disini, atau download file Microsof Word nya Klik Disini.

Minggu, 20 Februari 2011

Cinta Kasih

Bedug_aliens

Om Suastystu
Om Awighnam Astu Namah Sidham
Om Sidhirastu Tat Astu astu Svaha
Om Narayana Om Saraswati Jaya.

Puji syukur (Abhi Wandana) kita panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nyalah kita dapat berkumpul ditempat ini untuk melaksanakan tugas dan kewajiban kita sebagai umat beragama.

Pinandita yang saya Sucikan

Serta Umat Sedharma yang berbahagia…….
Seiring dengan berkembangnya penduduk yang begitu pesat dan dibarengi dengan perkembangan teknologi yang mencuat dipermukaan bumi banyak kita tonton fenomena-fenomena yang mengerikan, yang sangat-sangat tidak manusiawi. Salah satu contohnya dengan banyak catatan-catatan penemuan bayi yang dibuang oleh seorang ibu yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Maka dengan fenomena itulah saya terinspirasi mengangkat judul Dharma Wacana ini dengan judul:

“Rasa Kasih Sayang (cinta kasih yang sejati)”

Umat sedharma yang berbahagia………
Kasih sayang adalah senjata yang paling ampuh didunia karena kasih sayang dapat mengubah hati seseorang. Misalnya orang yang marah kepada kita jika kita memancarkan kasih sayang kepada mereka, mereka akan mulai mengubah sikap mereka kepada kita, seperti yang terdapat dalam Yajur Weda VII.15 dijelaskan bahwa:

“ IHA RATIR IHA RAMADHVAM, IHA DHRTIR IHA SVADARTIH “

Artinya: Semoga terdapat cinta kasih didalam keluarga, semoga semuanya hidup dalam kasih sayang dibumi ini, semoga terdapat kesabaran, kemantapan dan kepercayaan diri.


Umat sedharma yang berbahagia………
Orang yang penuh dengan kasih sayang tidak akan memiliki musuh, tidak memerlukan senjata perang karena kita bisa menciptakan kedamaian didunia ini dengan kekuatan kasih sayang.

Contoh dilapangan yaitu :
Meledaknya Bom di Riz Khalton dan J.W Marriod yaitu di kuningan. Ada banyak sahabat yang mengucapkan keprihatinannya, tidak sedikit yang langsung datang ke tempat kejadian dan kemudian menyumbangkan tenaganya. Tidak hanya tenaga yang dapat di sumbangkan, mereka juga banyak menyumbangkan materi seperti makanan, baju, obat-obatan dll. Ketika Bom meledak, ada bagian-bagian tertentu dari tubuh ini yang terasa hancur lebur tidak tergantikan. Tidak ada sahabat, keluarga dekat atau keluarga jauh yang meninggal disana. Tetapi sahabat atau bukan, keluarga atau bukan, bukanlah pembatas yang bisa menahan jatuhnya air mata.

Umat sedharma yang berbahagia………
Meledaknya bom di Kuningan hanyalah salah satu saja dari warna-warna merah darah kebencian, sebagaimana sungai sebenarnya, warna darah tidak hanya bercecer ditempat kejadian, ia telah mengalir ke kerangkaian sungai waktu yang panjang bagi yang tersakiti. Ia menghadirkan energi-energi dendam yang hanya menunggu waktu untuk meledak. Ada sebuah tulisan mengatakan bahwa :
“Surga bukanlah suatu tempat, Melainkan sebuah kondisi pikiran”
Dalam sinar-sinar kejernihan seperti ini, pasti ada alasan mengapa kebencian itu diciptakan. Bisa jadi, kebencian diciptakan tidak semata-mata sebagai sumber dendam. Air mata duka mungkin tidak diciptakan untuk mengesahkan petaka berikutnya. Derita juga tidak di niatkan sebagai hukuman apalagi kutukan bagi jiwa. Ada kemuliaan-kemuliaan yang tersembunyi di setiap kebencian, tangisan, derita dan air mata. Kebencian dilahirkan bukan sebagai bara api dendam, tetapi sebagai pembanding sejuknya hawa-hawa cinta.

Umat sedharma yang berbahagia………
Kalau semesta bekerja penuh tenaga tanpa mengenal jeda, dari manakah manusia memperoleh tenaga untuk bisa seirama dengan semesta? Tenaga mana yang member energi pada bintang dan matahari sehingga bersinar terus tanpa mengenal kehabisan tenaga? Ibu kita yang mengelus-elus setiap bayi didalam kandungan penuh dengan kasih sayang, energi apalagi yang ada di balik semua ini kalau bukan energi cinta.
Bisikan-bisikan semesta ini seperti sedang mengajarkan hal penting, pengetahuan tanpa kerja itu hampa, kerja tanpa cinta itu hanya buang-buang tenaga, seperti pengumpul-pengumpul pengetahuan yang amat rajin, bila semuanya hanya dikumpulkan, pengetahuan itu akan serupa dengan ruang hampa. demikian juga dengan kerja tidak disertai cinta, dia kehilangan roh dan spirit kerja. Sebagaimana tubuh manusia yang tidak disertai roh dan spirit, ia tidak lebih dari daging yang tak bernyawa yang sebentar lagi akan dimakan rayap.

Umat sedharma yang berbahagia………
Manusia-manusia beruntung yang telah sampai pada kesadaran yang dalam akan pengetahuan, kerja dan cinta seperti ini, setiap gerakan udara keluar masuk yang melalui saluran pernapasan sama dengan genta yang bergoyang-goyang ditangan seorang Pendeta. Orang yang tidak pernah mendengar dan merasakan getaran-getaran Genta, mirip dengan seorang pematung yang membuat patung sambil marah-marah, senyuman patungnya akan hilang. Sebaliknya siapa saja yang kerja di iringi oleh suara-suara Genta didalam setiap kali bekerja, semua roh suci berkunjung menyapa, menemani, membantu, membimbing dan bukan tidak mungkin ikut membukakan pintu-pintu penciptaan. Ada orang yang memberi sebutan terhadap kehadiran roh suci ini dengan sebutan khayalan. Namun bagi pekerja-pekerja penuh cinta, ia adalah sebuah senyuman yang membimbing setiap detik, sesetia matahari disiang hari, serajin bintang dimalam hari, setenang pohon bermeditasi, demikianlah genta-genta tidak bersuara ini hadir. untuk kemudian menyuguhkan sebuah makanan yang dirindukan setiap jiwa keindahan!!!

Umat sedharma yang berbahagia………
Kasih sayang adalah pondasi dari karakter dan keutamaan manusia. Kasih sayang adalah arus bawah yang mendasari nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang yang ada pada diri pribadi manusia dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu :
1. Kasih sayang dalam pikiran adalah kebenaran,
2. Kasih sayang dalam perasaan adalah kedamaian,
3. Kasih sayang dalam pemahaman adalah tanpa kekerasan,
4. Kasih sayang dalam tindakan adalah kebajikan,
Dengan demikian kasih sayang merupakan jalan pintas untuk mencapai tujuan hidup kita, yaitu keutamaan manusia atau Humah Exellence. Bila kita memiliki kasih sayang dihati, maka pikiran sadar kita terangkat tinggi yang akhirnya menyatu dengan pikiran kesadaran yang abadi.

Demikianlah Dharma Wacana yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan dapat bermamfaat bagi diri kita dan untuk orang lain. Akhir kata saya tutup dengan parama santih,

Om Santih, santih, santih, Om