Jumat, 04 Maret 2011

STAH DS: Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

STAH DS: Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

STAH DS: Arti Sebuah Kebahagyaan

STAH DS: Arti Sebuah Kebahagyaan

Arti Sebuah Kebahagyaan

Kebahagyaan merupakan  keinginan yang mutlak setiap insan manusia di dunia, maka ciptakanlah kebahagyaan itu kapan dan dimana saja tanpa harus mengorbankan perasaan pasangan dan kita sendiri,,, kebahagyaan yang kita rasakanmerupakan  kerjasama yang saling memberikan kepada orang yang qt cintai, ciptakanlah kebahagyaan mulai dari detik ini juga agar kebahagyaan melekat dihati kita selamanya, jika kebahagyaan itu bisa kita ciptakan hari ini, secara tidak langsung kebahagyaan hari esok sudah pasti ada, untuk apa kita menunda kebahagyaan hari ini demi hari esok yang belum tentu kita akan nikmati,, Tuhan maha esa, tuhan maha segalanya, Beliau tidak pernah menjanjikan kebahagyaan hari esok kepada umatnya umatnya, Tuhan maha kuasa,, kapan saja Beliau Hendak memanggil kita, hari itu juga kita harus siap, bagi insan yang menunda suatu kebahagyaan itu adalah hal yang keliru dari pemikirannya, sebab kebahagyaan itu adalah kondisi pikiran yang stabil dan kondisi cinta kasih pada tempatnya,,,,,

Melasti Tawur (Pecaruan) dan Pengrupukan

Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan

Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) di arak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.